Mengenal Penyakit Delirium dan Dimensia
Mei 2, 2011 3 Komentar
Delirium juga disebut Kondisi bingung akut (Acute Confusional State) dan demensia merupakan penyebab yang paling sering dan gangguan atau hendaya kognitif, walaupun gangguan afektif (seperti depresi) juga bisa mengganggu kognisi. Delirium dan demensia merupakan dua gangguan yang berbeda, namun sering sukar dibedakan. Pada keduanya, fungsi kognitif terganggu, namun demensia biasanya memori yang terganggu, sedangkan delirium daya perhatiannya yang terganggu.
Beberapa ciri khas membedakan kedua gangguan tersebut. Delirium biasanya disebabkan oleh penyakit akut atau keracunan obat (kadang mengancam jiwa orang) dan sering reversibel, sedangkan demensia secara khas disebabkan oleh perubahan anatomik dalam otak, berawal lambat dan biasanya tidak reversibel. Delirium bisa timbul pada pasien dengan demensia juga
Etiologi dan patofisiologi
Banyak kondisi sistemik dan obat bisa menyebabkan delirium, contoh antikolinergika, psikotropika, dan opioida. Mekanisma tidak jelas, tetapi mungkin terkait dengan gangguan reversibilitas dan metabolisma oxidatif otak, abnormalitas neurotransmiter multipel, dan pembentukan sitokines (cytokines). Stress dari penyebab apapun bisa meningkatkan kerja saraf simpatikus sehingga mengganggu fungsi kolinergik dan menyebabkan delirium. Usia lanjut memang dasarnya rentan terhadap penurunan transmisi kolinergik sehingga lebih mudah terjadi delirium. Apapun sebabnya, yang jelas hemisfer otak dan mekanisma siaga (arousal mechanism)dari talamus dan sistem aktivasi retikular batang otak jadi terganggu.
Terdapat faktor predisposisi gangguan otak organik: seperti demensia, stroke. Penyakit parkinson, umur lanjut, gangguan sensorik, dan gangguan multipel. Faktor presipitasi termasuk penggunaan obat baru lebih dan 3 macam, infeksi, dehidrasi, imobilisasi, malagizi, dan pemakaian kateter buli-buli. Penggunaan anestesia juga meningkatkan resiko delirium, terutama pada pembedahan yang lama. Demikian pula pasien lanjut usia yang dirawatdi bagian ICU beresiko lebih tinggi.
Tanda dan gejala
Delirium ditandai oleh kesulitan dalam:
Konsentrasi dan memfokus
Mempertahankan dan mengalihkan daya perhatian
Kesadaran naik-turun
Disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
Halusinasi biasanya visual, kemudian yang lain
Bingung menghadapi tugas se-hari-hari
Perubahan kepribadian dan afek
Pikiran menjadi kacau
Bicara ngawur
Disartria dan bicara cepat
Neologisma
Inkoheren
Gejala termasuk:
Perilaku yang inadekuat
Rasa takut
Curiga
Mudah tersinggung
Agitatif
Hiperaktif
Siaga tinggi (Hyperalert)
Atau sebaliknya bisa menjadi:
Pendiam
Menarik diri
Mengantuk
Banyak pasien yang berfluktuasi antara diam dan gelisah
Pola tidur dan makan terganggu
Gangguan kognitif, jadi daya mempertimbangkan dan tilik-diri terganggu
Terapi
Terapi diawali dengan memperbaiki kondisi penyakitnya dan menghilangkan faktor yang memberatkan seperti:
Menghentikan penggunaan obat
Obati infeksi
Suport pada pasien dan keluanga
Mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien
Cukupi cairan dan nutrisi
Vitamin yang dibutuhkan
Segala alat pengekang boleh digunakan tapi harus segera dilepas bila sudah membaik, alat infuse sesederhana mungkin, lingkungan diatur agar nyaman.
Obat:
Haloperidoi dosis rendah dulu 0,5 1 mg per os, IV atau IV
Risperidone0,5 3mg perostiap l2jam
Olanzapine 2,5 15 mg per os 1 x sehari
Lorazepam 0,5 1mg per Os atau parenteral (tak tersedia di Indonesia), Perlu diingat obat benzodiazepine mi bisa memperburuk delirium karena efek sedasinya.
DEMENSIA
Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual. Biasanya kondisi ini tidak reversibel, sebaliknya progresif. Diagnosis dilaksanakan dengan pemeriksaan klinis, laboratorlum dan pemeriksaan pencitraan (imaging), dimaksudkan untuk mencari penyebab yang bisa diobati. Pengobatan biasanya hanya suportif. Zat penghambat kolines terasa (Cholinesterase inhibitors) bisa memperbaiki fungsi kognitif untuk sementara, dan membuat beberapa obat antipsikotika lebih efektif daripada hanya dengan satu macam obat saja.
Demensia bisa terjadi pada setiap umur, tetapi lebih banyak pada lanjut usia (l.k 5% untuk rentang umur 65-74 tahun dan 40% bagi yang berumur >85 tahun). Kebanyakan mereka dirawat dalam panti dan menempati sejumlah 50% tempat tidur.
Tanda dan gejala
Seluruh jajaran fungsi kognitif rusak.
Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.
Gangguan kepribadian dan perilaku, mood swings
Defisit neurologik motor & fokal
Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang
Gangguan psikotik: halusinasi, ilusi, waham & paranoia
Agnosia, apraxia, afasia
ADL (Activities of Daily Living)susah
Kesulitan mengatur penggunaan keuangan
Tidak bisa pulang ke rumah bila bepergian
Lupa meletakkan barang penting
Sulit mandi, makan, berpakaian, toileting
Pasien bisa berjalan jauh dari rumah dan tak bisa pulang
Mudah terjatuh, keseimbangan buruk
Akhirnya lumpuh, inkontinensia urine & alvi
Tak dapat makan dan menelan
Koma dan kematian
Terapi:
Pertama perlu diperhatikan keselamatan pasien, lingkungan dibuat senyaman mungkin, dan bantuan pengasuh perlu.
Koridor tempat jalan, tangga, meja kursi tempat barang keperkuannya
Tidak diperbolehkan memindahkan mobil dsb.
Diberi keperluan yang mudah dilihat, penerangan lampu terang, jam dinding besar, tanggalan yang angkanya besar
Obat:
Nootropika
sumber://www.idijakbar.com/prosiding/delirium.htm
Apakah stress / depresi / kondisi tidak nyaman (pada usia lanjut) bisa juga memicu Delirium / Demensia?
mama saya berusia 68. gejalanya susah tidur.. ngomong nya ngawur…
selalu berjalan jalan dirumah tp langkah kaki nya pendek( tdk spt langkh orng normal)
selalu gelisah..
apakah mama saya trkena delirium???
kalo mesan obatnya dr mana ya.
tlg info nya ya…
terimakasih
saya tdk bisa memutuskan apakah ibu anda mengalami delirium sebaiknya periksaan ibu anda kepada dokter ahlinya karena melalui pemeriksaan akan di ketahui apa yg sebenarnya terjadi dan bisa tahu obatnya.terima kasih